Ticker

6/recent/ticker-posts

Impulsive Praying: Trik Jitu Menarik Jamaah Mengunjungi Mesjid

Oleh: M. Ridwan


Impulsive praying itu terinspirasi dari impulsive buying. Ceritanya, beberapa mahasiwa saya sering menyodorkan rencana skripsi terkait impulsive buying. Topik marketing tentunya.
Secara harpiah, impulsive buying adalah pembelian yang dilakukan tanpa direncana. Misal, seseorang yang sedang melewati sebuah supermarket, tiba-tiba tertarik untuk masuk karena berbagai fitur attraktif yang ditawarkan si supermarket. 
Misal, karena pencahayaan yang bagus, suasana ruangan yang adem, susunan barang yang apik dan indah, sampai kepada pelayanan pegawai supermarket yang ramah dan peduli. Pengunjung “bak tersihir” untuk membeli. Kendati awalnya ia tidak berniat melakukannya namun dipastikan ia akan menenteng belanjaan ketika keluar. Itulah contoh impulsive buying. Dahsyat bukan?.
Ternyata, supermarket atau mall menarik minat pembeli dengan ilmu canggih. Sangat detail. Misalnya, musik apa yang harus diputar, barang apa yang harus diletakkan di dekat kasir, sampai kepada susunan rak barang yang dibuat sedemikian rupa untuk memudahkan pengunjung menggapainya. Mereka mengumpulkan semua ilmu lho. Marketing, TI, sampai ilmu psikologi. Maka, tak heran jika supermarket menjadi ramai.
Nah, mungkinkah teknik impulsive itu dilakukan oleh sebuah mesjid? Katakanlah impulsive praying?. Bayangkan, apa yang terjadi jika semua yang lewat singgah dan lantas betah berlama-lama di mesjid. Sembahyang, berdoa, atau membaca Alquran. Bukankah itu yang kita kehendaki?
Tentu jawabannya sangat memungkinkan.
Bayangkan, ketika pulang kerja, Anda melewati sebuah mesjid yang berpenampilan menarik. Warnanya indah, tampilan eksterior dan interior sangat profesional. Anda kemudian masuk ke dalam. Sesampainya di teras mesjid, Anda disambut penjaga mesjid, seorang anak muda yang berpenampilan sopan dan ramah. Senyumnya tak pernah lepas diwajah.
“Silahkan masuk Pak, silahkan duduk. Saya akan ambilkan minuman dan makanan ringan untuk Bapak. Mau teh manis dingin, juice atau kopi susu?”, ujarnya ramah. Sepertinya, ia sangat paham kondisi lelah dan letih kita.
Saya jamin, Anda akan mengangguk dan langsung duduk di dalamnya. Belum lagi, habis kekaguman Anda dengan layanan ramah dan tidak biasa itu. Anda tertegun dengan suguhan suasana mesjid yang nyaman. Semburan udara dingin dari AC berkekuatan puluhan PK, membuat suasana panas di luar tak berarti. Mengalahkan supermarket yang Anda kenal.
Sambil menunggu minuman datang. Anda melihat tayangan dari TV besar di teras ruangan. Berisi bermacam pilihan. Ada tayangan ceramah, tilawah alquran atau pemutaran video atraktif dunia Islam. Begitu berkesan. Tidak itu saja, area free wifi tersedia di semua lokasi bahkan beberapa komputer juga tersedia. Buku-buku terbaru juga tersedia, ditata apik bak berada di toko buku. Lengkaplah sudah, sambil duduk dan menikmati secangkir kopi hangat dan gorengan, Anda pun bebas berinternet ria, membaca buku atau mendengarkan tausiyah online.
Saya jamin, Anda pasti rela duduk di mesjid itu sampai azan maghrib berkumandang, bukan? Terlebih, jika setelah sholatpun si pelayan mesjid datang kembali dan menawarkan makan malam. Alhasil, sampai sholat Isya-pun, Anda pasti tidak keberatan.
Itulah yang saya sebut, impulsive praying. Sholat atau beribadah di mesjid yang awalnya tanpa direncana namun berakhir dengan ibadah yang nikmat, berkelanjutan dan membuat ketagihan, karena besok, Anda pasti akan membawa teman ke mesjid itu. Mesjid menjadi tempat rekreatif dan mengasyikkan.
Pro kontra pasti muncul. Apakah cerita di atas tidak terkesan pemaksaan? Apakah strategi ala “sogok” dan paksaan itu tepat untuk mengajak orang ke mesjid?
Saya jadi teringat dengan istilah “Lebih bagus terpaksa masuk surga, daripada sukarela masuk neraka”. Istilah ini layak digunakan bagi mesjid yang mau melakukan terobosan di atas: ). Berita baiknya, beberapa mesjid sudah melakukannya. Hasilnya, luar biasa.
Impulsive praying itu berbasis layanan. Sifatnya, proaktif dan jemput bola. Saya kira, kita tentu setuju, bahwa untuk kebutuhan kaum millenial dan anak muda Jaman Now, pengurus mesjid tentu tidak bisa lagi menggunakan pola lama dalam merekrut jamaah. Harus ada terobosan brilian. Semuanya diawali dengan visi, mau dibawa kemana mesjid dikelola.
Yang penting, jamaah tertarik datang, lalu cinta pun tumbuh. Setelah itu terwujud, maka tak ada masalah umat yang takkan terselesaikan. Right?
Saya teringat sebuah hadis Nabi bahwa kebenaran tanpa manajemen yang baik, pasti akan dikalahkan oleh keburukan yang menggunakan strategi yang baik.
Nah, siapkah BKM mesjid menerima tantangan membuat mesjid mengalahkan supermaket dari sisi layanan dan kenyamanan?. Siapkah kita menggunakan trik impulsive praying di atas?. Saya kira, tidak membutuhkan modal yang mahal untuk mewujudkannya. Selagi ada niat tulus, insyallah Allah akan membantu.
Semoga…insyallah…
(Penulis adalah akademisi ekononi syariah, pegiat IT, dan pengamat sosial keagamaan. Tinggal di Sumatera Utara, Medan)
Tulisan pernah dimuat juga di : http://mesjidku.org/2018/10/07/impulsive-praying-trik-jitu-menarik-jamaah-mengunjungi-mesjid/

Post a Comment

0 Comments