Oleh:
M. Ridwan
Tragedi jatuhnya crane di
mesjidil Haram, Jumat kemarin memberikan duka mendalam bagi seluruh kaum
muslimin di dunia. Korban yang jatuh pastilah mereka yang sedang melaksanakan
ibadah haji di tempat suci ini.
Kita semua mendoakan semoga para
korban dan keluarga yang ditinggalkan diberikan Allah kasih sayang dan
kesabaran. Mereka adalah tamu Allah yang sedang berkomitmen untuk menghadap
Allah dengan kesucian baik fisik maupun hati. Maka, saya yakin bahwa apapun
yang terjadi kepada mereka pastilah memiliki hikmah bagi dan semakin
menyempurnakan hati mereka kepada Allah.
Saya tidak membicarakan hal ini
dalam kaitan takdir Allah. Seperti yang disikapi oleh hampir semua korban
kecelakaan ini. Para korban tidak menyalahkan siapapun. Mereka ikhlas menerimanya
dan menocba mencari hikmah dari peristiwa ini.
Saya mencoba melihat dari sebuah
persepektif berbeda. Persepektif ekonomi Islam.
Tentu saja, tidak ada kaitan
antara peristiwa ini dengan ekonomi Islam. Apalagi, munculnya ekonomi Islam
justru menjadi angin perubahan bagi tatanan ekonomi dunia baru. Lebih
berkeadilan dan mengimpelementasikan maqasid syariah , tentunya.
Tapi, kalau jujur. Saya tidak berlebihan kalau peristiwa tragedi
masjidil Haram bisa menjadi evaluasi bagi kita khususnya bagi pegiat ekonomi
syariah. Mengevaluasi apa?
Mari kita layangkan pandangan ke sekitar
Mesjidil Haram tapi bukan ke Kabahnya. Kita akan melihat kompleks Abraj Al-Bait
dimana Zam-Zam Tower terdapat. Secara fisik, bangunan ini memiliki arsitektur
luar biasa. Dengan biaya lebih dari 400 juta Dollar Zamzam Tower memberikan
fasilitas yang menggiurkan bagi siapa saya memiliki banyak uang untuk memiliki
apartemen dan hunian mewah sekaligus tempat beribadah yang sangat kondusif. Kompeks
hotel dan restoran ini dibangun oleh perusahaan keuangan Kuwait yaitu Kuwaiti
Munsha’at Real Estate Co dengan sebelumnya mengeluarkan sukuk al-Infita’
sebesar 390 juta Dollar. Apa artinya?, pembangunan ini sepenuhnya didanai dari
produk keuangan syariah.
Komplek ini dibangun setelah
sebelumnya pihak pengembang mendapatkan izin untuk menghancurkan benteng Ajyad
(Qal’ah Ajyad) yang dibangun oleh Turki Usmani tepat di lokasi Zamzam Tower
ini. Keputusan ini mendapatkan respon dan protes dari berbagai dunia terutama
negara Turki. Meskipun, pada akhirnya, benteng ini dihancurkan juga dan
sekarang digantikan dengan Abraj Al-Bait dan super mewah. Menurut otoritas
Saudi, kebijakan ini dilakukan justru karena aspirasi umat Islam dunia.
Saya melihat bahwa banyak kalangan
yang mencoba mengkaitkan kemegahan gedung-gedung di sekitar Masjidil Haram
sebagai bukti kebenaran hadis nabi yang menyatakan bahwa salah satu tanda
kiamat adalah banyaknya gedung-gendung megah di sekitar Kab’ah. Tentu saya
tidak berani mengomentari hal ini.
Ketika tragedi Mesjidil Haram
ini terjadi, saya menerima komentar yang menyatakan Allah memberikan peringatan
kepada muslim dunia terutama otoritas Saudi karena telah “cukup” lancang
mengambil kebijakan pembangunan proyek prestisius yang dianggap lebih berpihak
kepada kalangan berduit.
Saya kira pendapatnya boleh-boleh
saja. Walaupun saya mendapatkan info bahwa “crane” yang ambruk di Mesjidil
Haram adalah alat yang digunakan untuk melakukan renovasi Mesjidil Haram
sehingga jamaah akan lebih mudah menjalankan ibadahnya. Jadi, tidak ada
hubungan crane itu dengan Zamzam Tower yang dijelaskan di atas.
Begitupan, bagi para pegiat
ekonomi syariah, kejadian ini bisa jadi cemeti juga untuk intropeksi terhadap
produk-produk keuangan yang didesain. Idealnya, produk yang didesain tidak
hanya berkutat pada pemenuhan aspek komersil semata, namun juga harus
berorientasi sosial. Tentu saja hal ini cukup sulit. Memadukan unsur profit dan
unsur sosial sekaligus memerlukan sebuah komitmen keislaman yang tinggi. Harus ada
perubahan paradigma dari sekedar mencari keuntungan ke arah paradigma lembaga keuangan
berorientasi profit dan sosial. Semoga
2 Comments
good.amazzing.......luar biasa mengungkap antara kejadian di luar nalar akal pikir manusia.sangat berguna pak pendapat yg mengembangkan fakta di sekitar masjidil haram..
ReplyDeleteGimana kbr blognya syafriardan?
Delete