Ticker

6/recent/ticker-posts

Antara Malnutrisi Makanan dan Spititual

By: M. Ridwan

Malnutrisi itu artinya kurang gizi. Menurut laporan PBB jumlah penderita gizi buruk di dunia sekitar 870 juta jiwa. Berita buruknya, penderita malnutrisi terbesar 90% (850 juta) berada di Asia. Sisanya tersebar di Afrika dan Amerika Latin. Ternyata di Afrika tidak terlalu banyak ya. Alihkan pandangan sejenak dari Ethopia atau Afrika Utara. Di Asia termasuk Indonesia penderita gizi buruk itu ternyata bejibun alias banyak sekali.

Di Indonesia, ada dua propinsi yang cukup parah penderita gizi buruknya yaitu Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur.  Penderitanya didominasi anak-anak tak berdosa.
Penyebabnya tentu beragam. Biasanya kemiskinan adalah satu faktor utama. Akses terhadap sumber ekonomi dan kelangkaan makanan menjadi biang keroknya.

Makanya, saya setuju jika banyak analis mengatakan bahwa peperangan yang terjadi beberapa tahun ke depan akan banyak disebabkan karena perebutan sumber makanan.  Jadi bersiaplah menghadapinya. Indonesia seharusnya sudah lama menjadi pemenang sebagai negara lumbung dunia, tapi ternyata Thailand yang menyalibnya.

Menyaksikan anak-anak kekurangan gizi itu menyedihkan. Air mata kita pasti mengucur dan jiwa kita tersentuh. Duka ini semakin lara jika ternyata bahwa di negeri-negeri muslim-pun, kasus gizi buruk juga terjadi.

Malnutrisi makanan juga sangat terkait dengan malnutridi spiritual.
Apakah itu?
Kurang gizi spiritual adalah kondisi dimana semangat atau nilai-nilai spirititual yang dimiliki seseorang semakin hari semakin tergerus. Jiwanya semakin kering dan merana.
Indikatornya bisa beragam. Jiwa tertekan, penyakit hati dan kegelapan jiwa adalah istilah yang disandingkan dengan kondisi spiritual yang tergerus tadi. Pokoknya, kurang gizi spiritual itu berbahaya sekali.

Tragisnya, malnutrisi spiritual bisa diidap oleh seseorang yang secara fisik berkecukupan makanan. Tampilannya mungkin terlihat sehat, cantik dan ganteng, tapi spiritualnya kurus, cekung dan penyakitan. Tentu, kondisi kurang gizi spiritual juga bisa terjadi bagi penderita gizi buruk makanan juga. Saya menyebut orang seperti ini, sudah jatuh ketimpa tangga pula. Sudah kurang gizi namun kurang spiritual juga. Nauzubillah.

Tapi tak usah melihat diri orang lain-lah, karena mungkin kitalah orang yang sedang menderita gizi buruk spiritual itu. Terbuka peluang bahwa kita adalah orang yang harus diselamatkan karena "penyakitan", dan "kelaparan" spiritual meski secara lahiriyah sehat mempesona dan kekenyangan.
Lalu bagaimana cara supaya jangan kekurangan gizi?. Jawabannya mungkin sama dengan kiat mengatasi gizi buruk makanan. Jika gizi buruk diatasi dengan memperbanyak lahan pertanian, lumbung makanan dan diversifikasi makanan kaya nutrisi, maka kekurangan gizi spiritual juga bisa diatasi dengan memperbanyak lahan spiritual dan lumbungnya. Harus ada diversifikasi makanan hati. Dan tentu, harus dihindarkn serangan "hama" penyakit terhadap lahan dan bibitnya.

Berbicara tentang hal ihwal tentang spiritual itu mudah sekali. Tapi jangan tanya bagaimana mempraktikkannya. Sulit dan banyak tantangan. Buktikan saja bagaimana sulitnya mempraktikkan kejujutan, kesabaran, rendah hati, bersyukur dan adil di tengah jaman serba mementingkan aspek lahiriyah ini.

Kalau ternyata Anda selama ini dengan mudah bisa melakukannya, maka berbahagialah. Itu artinya Allah memang sangat mencintai Anda dan telah menumpahkan taufik dan hidayah-Nya. Penuhi lumbungnya dan berbagilah.

Namun, jika kita masih merasa bahwa sangat sulit untuk menerapkan nilai-nilai di atas, maka Nabi memberi nasehat supaya kita jangan menyerah. Keep trying and going.
Berita baiknya, dunia tidak pernah kekurangan lahan spiritual. Dunia memiliki lautan spiritual luas yang masih bisa dieksplorasi. Dunia bisa menunjukkan dimana lahan "pertanian" dan "hutan" spiritual yang masih bebas dimiliki, tanpa takut diklaim orang lain. Hak Guna atas lahan spiritual itu bebas dan tak perlu dilaporkan ke negara. Tidak ada Tax Amnesty. Miliki saja sepuasnya.ya,

Hemat saya, jika malnutrisi spiritual bisa kita atasi, maka negeri ini akan mudah menjemput kemakmuran. Akan mudah bagi kita membuat peradaban menjadi berkilau.'

Lagi-lagi saya mengatakan bahwa mempraktikkannya spiritualitas yang tinggi pada saat ini memerlukan perjuangan. Bahkan menuliskannya sebenarnya sulit lho.
Semoga negeri kita terbebas dari malnutrisi makanan dan spiritual juga. Amin. Wallahu a'lam.



Post a Comment

0 Comments