Tragis, begitulah komentar yang diberikan semua
warga negeri ini kepada para pelaku pembunuhan Salim Kancil, warga desa Selok
Awar-Awar, sebuah desa kecil di Kabupaten Lumajang ini. Rasanya, kejadian ini
tidak mungkin terjadi di Indonesia, negeri muslim yang sangat menjunjung tinggi
rasa persaudaraan dan gotong royong ini. Namun, fakta memang menunjukkan hal
yang kontras dengan keinginan itu.
Saya teringat dengan sebuah ungkapan dari tokoh
besar India, Mahatma Gandhi. "Earth can satisfy everyone's needs but
not everyone's greed". Dunia bisa memenuhi seluruh kebutuhan
manusia (yang menjadi penghuninya), namun tidak akan pernah bisa memenuhi
keserakahan manusia (meski hanya satu orang).
Ungkapan ini seratus persen benar adanya,
terlebih setelah melihat kejadian Salim Kancil ini. Betapa tidak, tambang pasir
yang menghasilkan keuntungan milyaran rupiah perbulan, telah membuat gelap mata
sang kepada desa yang menjadi otak pembunuhan ini, terlebih-lebih para
preman/centeng yang memang sudah berdedikasi menukarkan "hati nurani"
mereka dengan segepok uang.
Dalam ekonomi, khususnya ekonomi Islam,
permasalahan ekonomi memang diawali dari sebuah asumsi bahwa dunia berada dalam
kondisi kelangkaan (scarcity). Kendati, kelangkaan yang dimaksud adalah
kelangkaan relatif saja. Artinya, bumi dan alam semesta ciptaan Allah pada
dasarnya mampu memenuhi semua kebutuhan manusia sampai kapanpun. Wong,
bumi saja belum mampu dieksplorasi secara tuntas oleh manusia. Beum lagi, jika
kita mampu mengekplorasi semesta alam. Dipastikan kelangkaan tidak terjadi.
Nah, kelangkaan relatiflah yang menjadi masalah.
Tidak semua manusia memiliki peluang memiliki sumber daya alam. Penduduk di
Afrika, misalnya, mengalami kelaparan berat, sementara penduduk di Thailand
berlimpah beras dan makanan. Atau, negeri-negeri Arab berkelimpahan (surplus) minyak,
sedangkan negara-negara lain mengalami defisit. Sehingga, kegiatan ekonomi pada
dasarnya adalah upaya manusia melakukan pilihan yang cerdas sehingga
permasalahan kelangkaan relatif sumber daya tadi dapat dipecahkan.
Banyak penyebab kelangkaan relatif ini. Salah
satunya tentu mismanagement (salah urus) atas sumber daya yang dimiliki.
Kendati memiliki tanah subur dan laut yang melimpah, sebuah negara dipastikan
akan mengalami kelangkaan jika tidak mampu diurus dengan baik. Penduduknya bisa
kelaparan, bisa kekurang minyak dan gas serta bisa tidak bersekolah juga atau
menikmati listrik gratis. Negara mana contohnya?. Saya tidak usah
sebutkan-lah..:)
Perang, juga menjadi salah satu penyebab kelangkaan relatif tadi. Para pemimpin tirani yang bengis dan kejam pasti akan menghasilkan
kelangkaan relatif bagi warganya. Sumber daya banyak digunakan untuk perang.
Makanan tidak menjadi prioritas lagi. Lihat buktinya pada perang Dunia I dan
II. Jutaan manusia tewas, baik di medan peperangan atau kelaparan karena
kekurangan sumber makanan.
Kembali kepada peristiwa Salim Kancil.
Para pembunuh yang merupakan preman/centeng desa
dipastikan mau melakukan hal keji itu karena reward yang diharapkan. Entah
itu, bayaran atau rasa aman dan kepastian penghasilan. Mungkin, mereka telah “berhutang
jasa” kepada sang bos (tersangkanya adalah kepala desa sendiri) yang menaungi
mata pencaharian mereka. Bisa saja, selama ini kehidupan mereka sangat
tergantung kepada tambang illegal tersebut. Sehingga, dalam pikiran mereka,
akan tertutuplah segala pintu rejeki jika tambang pasir illegal itu ditutup, bla
bla dst. Kali ini saya mengajak pembaca pakai kata mungkin dan bisa
saja. Kayaknya, enak pakai menebak-nebak.
Yang jelas, korban telah jatuh. Salim Kancil
telah wafat dan ia merupakan korban keserakahan manusia. Saya tidak dapat
membayangkan apa yang terjadi dengan hati dan pikiran anak-anak TK yang menyaksikan
kekejian itu terjadi di depan mata mereka. Belum lagi trauma yang dialami Dio –anak
Salim Kancil.
Saya teringat dengan sebuah ayat yang menyatakan
bahwa para setan selalu memberikan rasa khawatir kepada manusia dengan
kemiskinan dan ketakutan akan masa depan terkait ekonomi. Setan akan selalu
menghantui manusia dengan rasa waswas bahwa harta halal dan berkah itu susah
dicari.
Saya kira, Salim Kancil bisa mewakili sosok para
korban keserakahan ekonomi yang ada di dunia, tidak sebatas korban tambang illegal.
Sebaliknya, para pembunuh dan centeng itu bisa mewakili pelaku ekonomi yang
serakah dan menghisap “darah” orang lain, apapun caranya. Entah dengan
mengutak-atik sistem, membeli hukum dan membeli keadilan.
Oh ya, syukurlah, asap pagi ini mulai menipis. Kendati,
saya hampir tidak bisa mempercayai lagi keyakinan saya sendiri tentang asap
ini. Bagi saya, kejadian asap dan berbarengan dengan kejadian Salim Kancil sudah
cukup membuktikan bahwa manusia ini memang SERAKAH. Mudah-mudahan kita diselamatkan Allah dari sifat itu. Amin. Have a nice day…
0 Comments