Oleh: M. Ridwan
Kali ini, saya ingin menggoreskan
“keyboard” ini menceritakan tentang dunia. Tentu tulisan ini tidak bisa muluk-muluk
menjanjikan bahwa kisahnya akan
selengkap buku sejarah yang pernah ditulis. Tulisan sekedar saja, kok. Kebetulan, saat ini
kita telah berada di tahun 1437 H. Kendati mungkin terlambat, mudah-mudahan tulisan ini bisa memberikan kontribusi dan bahan renungan bersama di tahun 1437 H ini.
Usia dunia ini cukup tua. Mungkin sudah jutaan atau milyaran tahun. Para arkeolog berbeda pendapat mengenai hal ini. Yang kita tahu, bahwa nenek moyang manusia pertama -yang memiliki peradaban- hanyalah Adam. Kitab suci Alquran dan beberapa kitab lain banyak menceritakan kisahnya, kendati dalam cerita yang berbeda.
Usia dunia ini cukup tua. Mungkin sudah jutaan atau milyaran tahun. Para arkeolog berbeda pendapat mengenai hal ini. Yang kita tahu, bahwa nenek moyang manusia pertama -yang memiliki peradaban- hanyalah Adam. Kitab suci Alquran dan beberapa kitab lain banyak menceritakan kisahnya, kendati dalam cerita yang berbeda.
Kita tahu bahwa ketika prototype Adam akan dibuat, Iblis protes keras
kepada Tuhan. Menurutnya, hardware
Adam –yang terbuat dari tanah liat- tidak lebih hebat dari hardware
dirinya, yaitu api. Sehingga, kendati para malaikat memilih patuh dengan
bersujud kepadanya, Iblis –yang merupakan kalangan jin- lebih memilih untuk
bangkang dan mencemooh. Inilah bibit permusuhan makhluk Allah yang kemudian
merembet sampai ke dunia fana ini.
Di surga, Adam mendapatkan semua
fasilitas, dari mulai makan dan minuman, perhiasan, dan hiburan surga yang yang
tiada tara. Semuanya boleh dinikmati oleh Adam dan isterinya –Hawa-.
Satu-satunya fasilitas surga yang tidak
boleh didekatinya adalah pohon Khuldi. Jangankan memakannya, mendekatinya saja
tidak boleh. Ini perintah Tuhan.
Adam patuh dan taat kepada
Tuhannya, bukan saja karena ketundukannya kepada Allah, namun saya kira karena
Adam tentu tidak membutuhkan buah bernama Khuldi ini. Ia tidak mengalami
kesulitan dalam memenuhi semua keinginannya untuk mendapatkan buah yang lain. Apalah
arti sebuah buah Khuldi dibandingkan dengan ribuan bahkan jutaan buah-buah
lezat lainnya di dalam surga. Fruits are in abundance. Buah-buahan selalu
melimpah di surga, bukan?
Cerita Adam tentu saja akan
berbeda jika Iblis tidak melakukan Devil Action (Aksi Iblis). Pintu
masuknya tentu saja tidak dengan mengiming-iming Adam dengan kekayaan. Iblis
akan gagal jika menawarkan Adam dengan kesenangan surga. Apalah artinya segepok
emas,segunung berlian atau milyaran
dinar emas bagi seorang Adam. Dia sama sekali tidak membutuhkannya. Dia pasti
mentertawakan Iblis jika dedengkot kejahatan itu memberikan tawaran itu. Adam sama
sekali tidak akan tertarik. Beda dengan manusia bumi yang matanya akan segera “hijau”,
atau “kuning” ketika mendapat tawaran uang atau perhiasan dunia. :)
Lalu apa yang dibutuhkan Adam?
Ya, Adam membutuhkan keabadian.
Dia membutuhkan kepastian bahwa semua fasilitas surga akan terus bisa dinikmatinya,
tanpa khawatir akan habis atau ia diharuskan meninggalkan surga. Nah, pada
titik inilah, Iblis masuk.
“Adam, tahukah engkau mengapa Allah
melarangmu mendekati pohon itu?”, tanyanya serius. Tentu saja Adam menggeleng
tidak tahu. “Pohon itu adalah pohon keabadian. Siapa yang memakannya akan kekal
di dalam surge dan bisa menjadi malaikat. Tuhan melarangmu karena Dia tidak ingin
engkau menjadi malaikat dan kekal di dalam surga,”. Itulah perkataannya
seperti yang diceritakan dalam Alquran.
Dalam persepektif marketing, Iblis
berhasil menciptakan sebuah kebutuhan bagi Adam dan isterinya. Ia menciptakan demand.
Mengkemas “produk” surga bernama buah Khuldi, kemudian Iblis “beriklan” tentang buah itu sehingga menjadi sebuah
Khuldi yang mahal, menarik dan menggiurkan
bagi Adam. Iblis tentu menipu demi keuntungan pribadinya. Sayangnya, teknik tua
ini tetap banyak dilakukan manusia penghuni bumi saat ini. :(
Akhirnya, Adam dan isterinya
termakan rayuan maut Iblis. Mereka
memakannya dengan lahap. Namun ternyata, Khuldi justru menjadi tiket mereka
untuk memasuki alam dunia yang fana ini. Adam dan Hawa diusir dari surga.
Sehingga, jangankan keabadian, jika saja Adam dan Hawa tidak bertobat maka
bukan tidak mungkin buah itu juga bisa tiket mereka mendapatkan azab Allah.
Syukurlah, Allah menerima taubat mereka.
Namun, apa hendak dikata. Nasi
sudah terlanjur menjadi bubur. Iblis pun memilih hengkang dari tanggung
jawabnya. Tentu, ia juga telah diusir Allah dari surga. Baginya, ia telah merasa
cukup menggelincirkan Adam. Dia bangga dan tentu saja merasa hebat. Iblis lho…
Pelajaran dari kisah Adam dan
Iblis tentu banyak sekali. Salah satunya
bahwa ambisi dan keserakahan merupakan sifat yang bisa menghancurkan manusia.
Konon, suatu ketika Iblis pernah bertemu Nabi Musa dan menyatakan bahwa mengapa
Adam dan dirinya dilemparkan dari surga. Menurutnya, Adam dikeluarkan dari surga
karena sikap ambisius yang dimilikinya, sedangkan ia sendiri dikeluarkan dari surga
karena kedengkiannya. Iblis bertekad akan menggelicirkan manusia dengan dua
sifat itu yaitu AMBIUS dan KEDENGKIAN. Ia akan menjadikan kedua sifat itu
menjadi sarana meng-“habisi” manusia sampai akhir masa.
Kini, kita sudah “terlanjur”
hidup” di dunia yang penuh dengan intrik-intrik yang banyak didasarkan pada
sifat ambisius dan kendengkian. Ambius yang diidentikkan dengan keserakahan (greedy)
telah memunculkan banyak kedengkian dan permusuhan. Sayangnya, manusia teradang
bisa membungkusnya dengan berbagai
kemasan menarik. Misalnya, atas nama ilmu pengetahuan, pencarian sumber daya
alam, kehormatan, masa depan bahkan keyakinan atau agama. Tragis…
Mudah-mudahan, Hijrah tahun ini
bisa menjadi monetum kita untuk kembali
mengingat mengenai perjalanan hidup kita sekaligus memahami apa yang
benar-benar menjadi sebab musabab kejatuhan martabat dan eksistensi kita
menjadi manusia. Mudah-mudahan, Allah membantu kita menghindarkan diri dari sifat serakah dan kedengkian yang telah mencampakkan Adam dan Iblis dari surga. Amin.
0 Comments