Oleh: M . Ridwan
Saya sering ditanya mengenai
perkembangan ekonomi syariah. Tepatnya,
sering mendapat kritikan-lah. Bahkan, para pengkritik itu banyak yang berasal
dari kalangan akademis. Saya kira, dengan membuka google, jawaban atas berbagai
pertanyaan atau kritikan itu pasti bisa diperoleh. Tapi, that’s oke, namanya juga bertanya. Mau
dijawab syukur, tidak dijawab juga, ngak apa-apa, iya kan.? :)
Hmmm, untuk menggambarkan
bagaimana perkembangan ekonomi syariah atau ekonomi Islam di dunia ini saya
punya analogi sendiri. Boleh sepakat boleh juga tidak.
Analoginya seperti ini.....
Ada sebuah pertandingan lari
cepat di sebuah hutan. Meriah sekali, karena pertandingan ini dilakukan di dua tempat berbeda, meski berdekatan. Jarang-jarang ada pertandingan seperti itu di
hutan.
Pertandingan pertama adalah kompetisi
lari antara anjing dan babi. Anjing mewakili ekonomi konvensional yang didasarkan
pada paradigma sekuler (tolong garis bawahi kata sekuler ya, yaitu ekonomi tanpa landasan agama
atau moral). Sedangkan babi mewakili lembaga keuangan ribawi atau sektor
keuangan tanpa underlying aset (lembaga-lembaga ini yang merupakan penyebab bubble economy).
Dalam pertandingan ini, posisi terdepan masih
ditempati oleh babi yang berlari sangat kencang tanpa menoleh kiri dan kanan. Sang
anjing, -dengan lidah menjulur dan sesekali melihat ke belakang- terlihat cukup
kelelahan mengejar si babi. Belum terlampaui.
Tak jauh dari pertandingan itu,
ada pertandingan lari yang dilakukan oleh kura-kura dan kelinci.
Kura-kura, mewakili ekonomi Islam (dalam tataran teori dan
konsep) sedangkan kelinci mewakili lembaga keuangan Islam (baik bank ataupun
non bank).
Dalam pertadingan ini, kelinci terlihat masih menduduki posisi
terdepan. Sesekali ia berhenti melihat ke belakang dan menunggu si kura-kura
yang masih asyik berjalan dan seperti tidak mendengar riuhnya penonton yang
menyemangatinya.
Para penontonnya cukup banyak, ada angsa
putih yang mewakili fikih muamalah. Ada bunglon yang mewakili bidang industri non keuangan. Ada pula gajah yang mewakili bidang politik dan hukum.
Ada jerapah mewakili
bidang pendidikan dan tentu saja seekor kancil yang mewakili kalangan terdidik.
Oh ya, ada pula ular yang mewakili para mafia. Lengkaplah. Beberapa ekor monyet
kelihatan sedang bertaruh. Menjagokan pilihannya. Mereka bertaruh dengan beberapa
tandan pisang yang sudah terlihat matang. Benar-benar monyet….:)
Dalam pertandingan anjing dan
babi, terlihat para bunglon dan gajah begitu bersemangat. Sebagai penonton
mereka berteriak dan melompat-lompat. Dengar-dengar dari panitia, mereka telah
membooking para peserta untuk menjadi bintang iklan mereka. Siapapun
pemenangnya.
Oh ya, dalam pertandingan antara
kura-kura dan kelinci, si angsa putih terlihat aktif memberikan support-nya.
Uniknya, dia memberikan support kepada kura-kura dan kelinci sekaligus. Tapi,
dalam pertandingan ini, terlihat bahwa kelinci lebih mampu menarik hati si angsa
putih. Buktinya si angsa sering sekali memberikan instruksi kemana harus
berjalan dan berhenti.
Kalau dua pertandingan ini
ditabulasi. Maka posisi pertama dipegang oleh babi, kemudian diikuti oleh
anjing pada posisi kedua. Posisi ketiga dipegang oleh kelinci. Kura-kura
menempati posisi ke empat.
Sayangnya, pertandingan ini belum usai. Sampai pagi inipun, belum berhasil ditentukan pemenang akhir. Tapi, posisi mereka masih tetap dalam urutan. Si kura-kura masih berada di urutan terakhir dan bai menempati posisi pertama.
Dengan adanya analogi ini, maka
saya kira mudah untuk mengarahkan pandangan mata kita untuk melihat perkembangan ekonomi Islam di dunia termasuk juga lembaga keuangan Islam yang ada. Analogi ini bisa digunakan sebagai bahan evaluasi, dan mengkritik institusi ekonomi yang ada. Silahkan saja.
Maksudnya, jika ada yang mengkritik
perkembangan dan produk perbankan syariah, berarti dia sedang melihat kelinci
yang berlari kencang. Bukan tidak mungkin, dia juga sedang membandingkan kelinci
itu dengan babi yang terlihat lebih gemuk dan berlari kencang. "Kelinci, kamu
kok tidak bisa seperti babi ya?", tiru saja gaya dan tekniknya. Kamu kan kelinci, jangan khawatir, kamu pasti tidak akan bisa menjadi babi," mungkin seperti itu saran penonton kepada kelinci yang kelihatan khawatir jika nanti dianggap menjadi babi."Kami akan mengawalmu," kata angsa menghibur.
Lalu, jika ada yang melihat krisis
ekonomi terjadi di Yunani, maka berarti dia sedang melihat babi dan anjing yag
sedang berari. Babi yang menempati posisi terdepan tidak memiliki waktu lagi
untuk menoleh ke belakang, kendati pada awalnya dia sangat bersahabat dengan
anjing. Asal seruduk saja. Jangan disalahi kelinci dan kura-kura ya, mereka tidak terlibat dalam kekisruhan tanding anjing dan babi.
Nah, sebaliknya, jika ada yang mengkritik pembangunan ekonomi di negeri-negeri Muslim, seharusnya melihat kura-kura ya, bukan kelincinya. Kok, kura-kura-nya belum berlari kencang, ya. Kok, tidak ada yang menjagokan kura-kura ya?. Kasihan sekali.
Kondisi Ideal
Kondisi Ideal
Padahal, idealnya, untuk
memperbaiki keadaan, posisi yang diharapkan seperti ini.
Urutan pertama seharusnya kura-kura,
disusul oleh kelinci di urutan kedua.
Bagaimana dengan pertandingan
anjing dan babi?
Hmmm, Seharusnya ditiadakan saja.
Lho,,,? Iya dong, pertandingan ini membuang energi dan menghabiskan biaya saja.
Pertandingan kedua binatang ini yang telah menyedot sumber daya bumi secara massif. SDM dan SDA
nya menjadi rusak. Belum lagi dengan tingkah si babi yang asal seruduk dan anjing
yang selalu menyalak mengagetkan para penonton. Beberapa anak-anak bahkan ada yang kena gigit juga.
Tapi, namanya juga penonton,,, semakin aneh pertandingan semakin seru. Kata mereka, inilah kehidupan dunia, banyak tantangan dan problematika. "Ikutkan saja, apa maunya anjing dan babi, kan mereka telah berhasil menghibur kita?".
Tapi, namanya juga penonton,,, semakin aneh pertandingan semakin seru. Kata mereka, inilah kehidupan dunia, banyak tantangan dan problematika. "Ikutkan saja, apa maunya anjing dan babi, kan mereka telah berhasil menghibur kita?".
Padahal, saya kira, tantangan yang mereka maksud itu belum tentu riil. Belum tentu harus seperti itu. Jangan-jangan itu sekedar artificial
semata, rekaan dan buatan manusia. Artinya, problematika ini sebenarnya bisa dihilangkan. Kita bisa hilangkan kemiskinan atau setidaknya meminimalisirnya. Kita bisa bebaskan negara-negara dari hutang yang menumpuk. Dan, kita bisa ciptakan dunia tanpa perang termasuk juga perang mata uang.
Caranya? dengan menghilangkan pertandingan anjing dan babi tadi. Simpel.
Saya tersenyum sendiri dengan
analogi di atas. Terlihat sangat menyederhanakan masalah. Terserahlah. Setidaknya saya bisa mempertanyakan diri sendiri, dimanakah
posisi kita dalam pertandingan di atas?
Jangan pusing, bro. pertandingan
itu memang tidak ada, kok...:).
0 Comments