Ticker

6/recent/ticker-posts

2 (Dua) Pertandingan: Analogi Ekonomi Dunia dan Posisi Ekonomi Islam



Oleh: M . Ridwan

Saya sering ditanya mengenai perkembangan ekonomi syariah. Tepatnya, sering mendapat kritikan-lah. Bahkan, para pengkritik itu banyak yang berasal dari kalangan akademis. Saya kira, dengan membuka google, jawaban atas berbagai pertanyaan atau kritikan itu pasti bisa diperoleh.  Tapi, that’s oke, namanya juga bertanya. Mau dijawab syukur, tidak dijawab juga, ngak apa-apa, iya kan.? :)

Hmmm, untuk menggambarkan bagaimana perkembangan ekonomi syariah atau ekonomi Islam di dunia ini saya punya analogi sendiri. Boleh sepakat boleh juga tidak. 

Analoginya seperti ini.....

Ada sebuah pertandingan lari cepat di sebuah hutan. Meriah sekali, karena pertandingan ini dilakukan di dua tempat berbeda, meski berdekatan.  Jarang-jarang ada pertandingan seperti itu di hutan.

Pertandingan pertama adalah kompetisi lari antara anjing dan babi. Anjing mewakili ekonomi konvensional yang didasarkan pada paradigma sekuler (tolong garis bawahi kata sekuler ya, yaitu ekonomi tanpa landasan agama atau moral). Sedangkan babi mewakili lembaga keuangan ribawi atau sektor keuangan tanpa underlying aset (lembaga-lembaga ini yang merupakan penyebab bubble economy).

Dalam pertandingan ini, posisi terdepan masih ditempati oleh babi yang berlari sangat kencang tanpa menoleh kiri dan kanan. Sang anjing, -dengan lidah menjulur dan sesekali melihat ke belakang- terlihat cukup kelelahan mengejar si babi. Belum terlampaui.

Tak jauh dari pertandingan itu, ada pertandingan lari yang dilakukan oleh kura-kura dan kelinci.

Kura-kura, mewakili  ekonomi Islam (dalam tataran teori dan konsep) sedangkan kelinci mewakili lembaga keuangan Islam (baik bank ataupun non bank). 

Dalam pertadingan ini, kelinci terlihat masih menduduki posisi terdepan. Sesekali ia berhenti melihat ke belakang dan menunggu si kura-kura yang masih asyik berjalan dan seperti tidak mendengar riuhnya penonton yang menyemangatinya.

Para penontonnya cukup banyak, ada angsa putih yang mewakili fikih muamalah. Ada bunglon yang mewakili bidang industri non keuangan. Ada pula gajah yang mewakili bidang politik dan hukum. 

Ada jerapah mewakili bidang pendidikan dan tentu saja seekor kancil yang mewakili kalangan terdidik. Oh ya, ada pula ular yang mewakili para mafia. Lengkaplah. Beberapa ekor monyet kelihatan sedang bertaruh. Menjagokan pilihannya. Mereka bertaruh dengan beberapa tandan pisang yang sudah terlihat matang. Benar-benar monyet….:)

Dalam pertandingan anjing dan babi, terlihat para bunglon dan gajah begitu bersemangat. Sebagai penonton mereka berteriak dan melompat-lompat. Dengar-dengar dari panitia, mereka telah membooking para peserta untuk menjadi bintang iklan mereka. Siapapun pemenangnya.

Oh ya, dalam pertandingan antara kura-kura dan kelinci, si angsa putih terlihat aktif memberikan support-nya. Uniknya, dia memberikan support kepada kura-kura dan kelinci sekaligus. Tapi, dalam pertandingan ini, terlihat bahwa kelinci lebih mampu menarik hati si angsa putih. Buktinya si angsa sering sekali memberikan instruksi kemana harus berjalan dan berhenti.

Kalau dua pertandingan ini ditabulasi. Maka posisi pertama dipegang oleh babi, kemudian diikuti oleh anjing pada posisi kedua. Posisi ketiga dipegang oleh kelinci. Kura-kura menempati posisi ke empat.


Sayangnya, pertandingan ini belum usai. Sampai pagi inipun, belum berhasil ditentukan pemenang akhir. Tapi, posisi mereka masih tetap dalam urutan. Si kura-kura masih berada di urutan terakhir dan bai menempati posisi pertama.

Dengan adanya analogi ini, maka saya kira mudah untuk mengarahkan pandangan mata kita untuk melihat perkembangan ekonomi Islam di dunia termasuk juga lembaga keuangan Islam yang ada. Analogi ini bisa  digunakan sebagai bahan evaluasi, dan mengkritik institusi ekonomi yang ada. Silahkan saja.
Maksudnya, jika ada yang mengkritik perkembangan dan produk perbankan syariah, berarti dia sedang melihat kelinci yang berlari kencang. Bukan tidak mungkin, dia juga sedang membandingkan kelinci itu dengan babi yang terlihat lebih gemuk dan berlari kencang. "Kelinci, kamu kok tidak bisa seperti babi ya?", tiru saja gaya dan tekniknya. Kamu kan kelinci, jangan khawatir, kamu pasti tidak akan bisa menjadi babi," mungkin seperti itu saran penonton kepada kelinci yang kelihatan khawatir jika nanti dianggap menjadi babi."Kami akan mengawalmu," kata angsa menghibur. 

Lalu, jika ada yang melihat krisis ekonomi terjadi di Yunani, maka berarti dia sedang melihat babi dan anjing yag sedang berari. Babi yang menempati posisi terdepan tidak memiliki waktu lagi untuk menoleh ke belakang, kendati pada awalnya dia sangat bersahabat dengan anjing. Asal seruduk saja. Jangan disalahi kelinci dan kura-kura ya, mereka tidak terlibat dalam kekisruhan tanding anjing dan babi.

Nah, sebaliknya, jika ada yang mengkritik pembangunan ekonomi di negeri-negeri Muslim, seharusnya melihat kura-kura ya, bukan kelincinya. Kok, kura-kura-nya belum berlari kencang, ya. Kok, tidak ada yang menjagokan kura-kura ya?. Kasihan sekali.

Kondisi Ideal
 
Padahal, idealnya, untuk memperbaiki keadaan, posisi yang diharapkan seperti ini.
Urutan pertama seharusnya kura-kura, disusul oleh kelinci di urutan kedua.

Bagaimana dengan pertandingan anjing dan babi?

Hmmm, Seharusnya ditiadakan saja. Lho,,,? Iya dong, pertandingan ini membuang energi dan menghabiskan biaya saja. Pertandingan kedua binatang ini yang telah menyedot  sumber daya bumi secara massif. SDM dan SDA nya menjadi rusak. Belum lagi dengan tingkah si babi yang asal seruduk dan anjing yang selalu menyalak mengagetkan para penonton. Beberapa anak-anak bahkan ada yang kena gigit juga.

Tapi, namanya juga penonton,,, semakin aneh pertandingan semakin seru. Kata mereka, inilah kehidupan dunia, banyak tantangan dan problematika. "Ikutkan saja, apa maunya anjing dan babi, kan mereka telah berhasil menghibur kita?".

Padahal, saya kira,  tantangan yang mereka maksud itu belum tentu riil. Belum tentu harus seperti itu. Jangan-jangan itu sekedar artificial semata, rekaan dan buatan manusia. Artinya, problematika ini sebenarnya bisa dihilangkan. Kita bisa hilangkan kemiskinan atau setidaknya meminimalisirnya. Kita bisa bebaskan negara-negara dari hutang yang menumpuk. Dan, kita bisa ciptakan dunia tanpa perang termasuk juga perang mata uang.

Caranya? dengan menghilangkan pertandingan anjing dan babi tadi. Simpel.

Saya tersenyum sendiri dengan analogi di atas. Terlihat sangat menyederhanakan masalah. Terserahlah. Setidaknya saya bisa mempertanyakan diri sendiri, dimanakah posisi kita dalam pertandingan di atas?

Jangan pusing, bro. pertandingan itu memang tidak ada, kok...:).



Post a Comment

0 Comments