Ticker

6/recent/ticker-posts

Apakah Teori Konsumsi Berlaku Di Surga?

Oleh: M.Ridwan

Pertanyaan di atas tentu kurang pada tempatnya ya. Usil banget, karena jangankan menjelaskan kehidupan akhirat, kehidupan dunia saja masih belum mampu dijelaskan oleh teori-teori ekonomi buatan manusia.

Namun, diskusi kemarin di sebuah group WA  cukup asyik juga. Diskusi seputar keadaan jasad dan ruh di akhirat. Apakah jasad di akhirat itu adalah jasad kita di dunia ini yang kemudian dibangkitkan lagi dalam keadaan muda, ataukah jasad baru dengan struktur DNA yang baru?. Diskusi masih panjang sampai saat ini, kendati ada sebuah jalan keluar yang ditawarkan seorang anggota group untuk menyadari bahwa Allah dengan kekuasaannya akan mampu melakukan apa saja hanya dengan sebuah perintah "Jadilah, maka jadilah ia" (Kun Fayakun).

Saya sendiri ikut tergelitik. Mencoba mereka-reka bagaimana pula pola konsumsi penduduk surga? mengingat, satu-satunya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh penduduk surga adalah menikmati fasilitas surga. Proses menikmati ini merupakan kegiatan yang dilakukan penduduk dunia sampai saat ini.

Tentu saja, selain konsumsi, maka semua aktifitas ekonomi lainnya dipastikan tidak ada di surga. Dengan kata lain, teori ekonomi tidak berlaku. Misalnya, teori supply and demand, atau produksi dalam kajian mikro. Tidak ada pula pasar atau persaingan di surga. Perasaan cemburu dan kebencian atau individualis pastilah telah lenyap sehingga teori tentang persaingan di pasar tidak ada.

Demikian juga, teori makro ekonomi. Tidak mungkin di surga ada masalah terkait dengan pertumbuhan ekonomi, nilai tukar mata uang, defisit anggaran atau kemiskinan. Kita tidak perlu repot memikirkan inflasi, perang mata uang atau naik turunnya nilai saham karena tujuan semua kegiatan ekonomi telah tercapai. Puncaknya yakni menikmati. Selesai.

Satu-satunya yang "mungkin" masih bisa dilirik oleh teori ekonomi, tentu terkait pola konsumsi tadi. Bagaimana menjelaskan prilaku penduduk surga yang setiap hari menikmati fasilitas surga tanpa ada perasaan bosan?

Di dalam kjian ekonomi, dikenal satu teori yaitu Law of Diminishing Marginal Utility. Teori ini menyatakan bahwa ketika seseorang menikmati sesuatu, maka kepuasannya akan meningkat, namun ketika barang yang dikonsumsi terus ditambah, kenikmatannya justru akan menurun. Misalnya, seorang yang kehausan akan merasakan nikmat ketika minum segelas air. Ketika gelas kedua ditambah, kenikmatan ini akan juga bertambah. Demikian juga gelas ketiga. Namun, ketika gelas keempat, kelima dst diberikan, maka orang tersebut justru merasakan penurunan kenikmatan. Bahkan, ia bisa saja muntah dan sakit perut. Inilah yang disebut Diminishing Marginal Utility. Utilitas marginal yang menurun. Kondisi tidak hanya terkait dengan makanan. Bisa saja ke benda-benda dunia lainnya. Katakanlah berwisata, pakaian, kendaraan atau rumah. Semakin banyak dikonsumsi, justru semakin menurunkan kenikmatan.

Nah, kondisi ini tidak terjadi di surga, bukan?
Seorang warga surga dipastikan tidak mengalami hal ini. Tidak ada kebosanan dan tentu tidak ada diminishing marginal utility. Ketia ia minum secangkir susu dari sungai di surga, kenikmatan gelas pertama sampai gelas berikutnya semakin bertambah. Hukum yang berlaku mungkin saja terbalik yaitu Law of Increasing Marginal Utility :)

Memang, ada contoh yang sering dikemukakan para ekonom yang menunjukan bahwa kepuasan kita di dunia bisa saja tidak habis. Misalnya, ketika kita menikmati keindahan emas atu permata. Kenapa harga emas dan permata itu lebih mahal dari air? Jawabannya karena keterbatasan jumlah emas dan permata dibandingkan air. Jadi, ketika konsumsi emas sudah berada pada titik puncak marginal utility, ketersediaan emas tidak ada lagi, sehingga kenikmatan terhenti sampai di puncak. Makanya, menikmati emas dan permata menjadi tidak membosankan.

Namun, kondisi di atas tidak terjadi di surga. Emas dan permata berlimpah di sana, -sama seperti buah-buahan dan minuman, namun kebosanan tidak ada. Menarik sekali bukan?

Waalahu a'lam. Hanya Allah-lah yang Maha Tahu tentang kondisi kita di sana. Saya kira, memang sebaiknya, fokus kita lebih utama memikirkan bagaimana caranya bisa masuk ke dalam surga dengan berkomitmen pada perintah dan larangan Allah sehingga kasih sayang-Nya mampu kita raih. Insyallah, kita akan menikmati janji Allah dan bersama-sama melihat pula bagaima pola konsumsi kita disana. Bersedia?  Have a nice weeked...

Post a Comment

0 Comments