Ticker

6/recent/ticker-posts

Ketika “Kaset Mengaji” Sudah Dianggap Mengganggu


Oleh: M. Ridwan

Beberapa waktu ini, penulis membaca adanya polemik seputar pemutaran kaset-kaset ngaji di mesjid-mesjid di negeri ini. Adalah Pak JK yang merupakan wapres negeri ini yang mewacanakan untuk mengevaluasi kembali tradisi pemutaran kaset ngaji di mesjid-mesjid Indonesia. Alasannya, bahwa banyak pihak yang terganggu dengan suara kaset ini. Sarannya, perlu ada regulasi yang mengatur pemutaran kaset-kaset ini sehingga tidak terlalu lama. Selain itu , masih menurut JK- alangkah lebih baik jika yang membaca Alquran adalah “manusia asli” bukan kaset rekaman.

Saya kira, pendapat JK boleh-boleh saja. Apalagi dengan kapasitasnya sebagai seorang wapres, tentulah harus mengakomodir banyak kepentingan dan pendapat. Saya yakin, mungkin banyak yang curhat kepada beliau betapa terganggunya para pendengar kaset-kaset itu ketika setiap jelang masuknya sholat lima waktu, kaset-kaset itu mulai berbunyi. Saya mencoba menebak-nebak, mungkin saja yang terganggu justru bukan dari kalangan non Islam yang memang tidak mengenal Alquran, tapi mungkin saja umat Islam sendiri. Ini sekedar opini saya semata, ya :)

PERADABAN HOW TANPA WHY

Kaset atau MP3 adalah hasil kemajuan jaman yang tentu saja merupakan hasil teknologi manusia yang sangat bermanfaat. Banyak orang yang mengatakan bahwa teknologi itu ibarat pisau bermata dua juga. Pada satu sisi bermanfaat namun juga bisa memberikan mafsadat bagi manusia, jika tidak dikendalikan dengan baik atau oleh orang-orang yang berniat baik.

Syafi’i Maarif pernah menyatakan bahwa peradaban sekarang adalah peradaban “How” dan bukan “Why”. Artinya, manusia berlomba untuk menciptakan berbagai teknologi, transportasi, komunikasi bahkan militer namun jarang mempertanyakan kenapa teknologi itu harus diciptakan. Jadi, misalnya, seorang insinyur persenjataan, dia selalu mempertanyakan bagaimana menciptakan rudal atau senjata yang bisa membunuh manusia sebanyak-banyaknya dengan sekali tembak, namun mereka tidak mempertanyakan mengapa senjata itu seperti itu harus diciptakan. Masa bodoh, yang penting senjata seperti itu harus diciptakan, itu tuntutan dunia militer, mungkin begitu yang ada di pikiran para insinyur itu. Akibanya, manusia akhirnya dikendalikan oleh tekhnologi dan menjadi hamba teknologi. Wallahu a’lam.

Kembali kepada permasalahan kase ngaji tadi..

Saya berandai-andai, jika sekiranya kaset mengaji itu sudah ada pada jaman Nabi atau sahabat, apakah umat saat itu akan menggunakannya?. Bisa iya dan bisa tidak. Bisa saja mereka akan menggunakannya dengan pertimbangan misalnya, karena cukup efektif menggantikan suara manusia, lebih berdaya tahan lama, memberi impact yang lama. Namun, bisa juga mereka tidak, mengingat bahwa qari pada saat itu mungkin masih cukup banyak tersedia. Sehingga mereka tdak membutuhkan kaset-kaset ngaji seperti saat sekarang.   

Terkait dengan suara yang diperdengarkan berulang-ulang. Saya pernah  membaca bahwa Hitler  sering menggunakan musik-musik tertentu untuk diperdengarkan di kamp-kamp konsentrasi pada masa perang Dunia II. Penggunaan musik-musik dengan pilihan lagu tertentu itu didesain untuk propaganda dan memberikan efek stress dan panik kepada para tahanan. Bahkan, banyak tahanan yang menjadi gila karena otaknya tidak tahan mendengarkan lantunan musik yang begitu lama.

Apakah pembaca menyangka bahwa arah tulisan saya mendukung pendapat JK yang melarang penggunaan kaset menggaji?. Tunggu dulu… Kendati beberapa pihak mengkaitkan ide JK tersebut dengan politik, atau pengalihan isu lainnya, namun saya lebih tertarik membahasnya dari perspektif lain.

TES KERASUKAN JIN

Beberapa ahli ruqyah yang saya jumpai menyatakan bahwa salah satu terapi untuk mengusir jin yang merasuk ke dalam tubuh manusia adalah dengan memperdengarkan ayat-ayat suci Alquran di telinga mereka. Bahkan jika tidak dapat diperdengarkan oleh suara manusia asli, suara kaset juga bisa efektif mempengaruhi para jin yang ada di tubuh manusia. Makanya, beberapa ustaz ahli ruqyah biasanya menyarankan untuk memperdengarkan suara-suara kaset atau MP3 di rumah pasien yang terkena kerasukan jin. Biasanya, pasien itu menjadi gelisah, marah dan bahkan ada yang menjerit-jerit ketika diperdengarkan ayat-ayat ruqyah tadi, meskipun dari kaset. Yah, meskipun dari kaset. Silahkan dicoba. Makanya, untuk menjaga sang jin kembali masuk ke tubuh, si pasien diharuskan banyak membaca Alquran atau sekedar mendengarkan pun sudah oke.

Apakah artinya, jika ada orang yang mulai tidak menyukai suara kaset-kaset Alquran itu sebagai tanda bahwa di tubuhnya ada jin?. Tentu saja, saya tidak berani menyimpulkan demikian, meski salah satu indikatornya – masih menurut pakar Ruqyah- memang seperti itu.

Kalau mau melakukan tes kecil untuk mengetahui indikator kerasukan jin, silahkan dengarkan Alquran di telinga kita. Apa reaksinya?. Kemudian, coba pula dengarkan lagu-lagu yang sekarang lagi hit, katakanlah, dangdut, pop atau rock yang lagi digandrungi.  Bagaiman pula reaksinya?

Nah, jika kedua-duanya, baik suara Alquran maupun lagu-lagu itu mengganggu di telinga kita, maka artinya kita memang sedang tidak mood atau mungkin sedang stress. Sehingga, apapun jenis bunyi-bunyian  itu mengganggu telinga kita. Idealnya, kita tidur saja dulu. Tubuh kita mungkin sedang butuh istirahat.

Namun, jika ternyata, suara Alquran yang justru lebih menganggu di telinga, atau kita merasakan rasa berdebar, gelisah bahkan kemarahan, maka kemungkinan besar tubuh kita sudah dirasuki jin karena memang mereka tidak menyukai lantunan Alquran. Jin akan kepananasan, dan sangat terganggu dengan itu.

Untuk menguatkan hasil tes, maka matikan kaset Alquran tadi dan mulai dengarkan pula lagu-lagu dangdut, rock atau pop yang kita sukai, bagaimana reaksinya? Jika ternyata lagu-lagu itu tidak memberikan reaksi gelisah, berdebar atau marah atau bahkan mungkin menyenangkan, maka indikator bahwa ada jin di tubuh kita semakin kuat. Jin sangat sangat suka dengan musik-musik yang melenakan manusia, mereka suka banget. Berani mencoba? Saya kira, kita sudah melakukan hal tersebut setiap hari tanpa kita sadari, lho.

Tentu saja, tulisan saya tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa orang-orang yang mulai tidak menyukai kaset-kaset di mesjid-mesjid itu sebagai tanda mulai adanya jin di tubuh mereka. Bisa jadi mereka memang sedang letih. Telinganya tidak mau terganggu. Lagi pula, mungkin yang tidak menyukai kaset Alquran itu adalah umat Islam sendiri. Kita-kita ini.

Makanya, berdasarkan tes di atas, kalau mau mendapatkan hasil yang valid. Silahkan, coba pula untuk memperdengarkan lagu-lagu dangdut, rock atau pop tadi di perumahan atau tempat kita tinggal. Perdengarkan dengan durasi 1-2 jam ketika memasuki waktu sholat. Gunakan sound system yang keras. Kalau tidak ada yang komplain, merasa nyaman dan bahagia,  maka kesimpulan di atas mungkin benar. Berani mencoba? :)





Post a Comment

0 Comments