Oleh: M. Ridwan
Beberapa waktu ini, penulis membaca
adanya polemik seputar pemutaran kaset-kaset ngaji di mesjid-mesjid di negeri
ini. Adalah Pak JK yang merupakan wapres negeri ini yang mewacanakan untuk mengevaluasi
kembali tradisi pemutaran kaset ngaji di mesjid-mesjid Indonesia.
Alasannya, bahwa banyak pihak yang terganggu dengan suara kaset ini. Sarannya, perlu
ada regulasi yang mengatur pemutaran kaset-kaset ini sehingga tidak terlalu
lama. Selain itu , masih menurut JK- alangkah
lebih baik jika yang membaca Alquran adalah “manusia asli” bukan kaset rekaman.
Saya kira, pendapat JK
boleh-boleh saja. Apalagi dengan kapasitasnya sebagai seorang wapres, tentulah harus
mengakomodir banyak kepentingan dan pendapat. Saya yakin, mungkin banyak yang
curhat kepada beliau betapa terganggunya para pendengar kaset-kaset itu ketika setiap
jelang masuknya sholat lima waktu, kaset-kaset itu mulai berbunyi. Saya mencoba
menebak-nebak, mungkin saja yang terganggu justru bukan dari kalangan non Islam
yang memang tidak mengenal Alquran, tapi mungkin saja umat Islam sendiri. Ini
sekedar opini saya semata, ya :)
PERADABAN HOW TANPA WHY
Kaset atau MP3 adalah hasil
kemajuan jaman yang tentu saja merupakan hasil teknologi manusia yang sangat
bermanfaat. Banyak orang yang mengatakan bahwa teknologi itu ibarat pisau
bermata dua juga. Pada satu sisi bermanfaat namun juga bisa memberikan mafsadat
bagi manusia, jika tidak dikendalikan dengan baik atau oleh orang-orang yang
berniat baik.
Syafi’i Maarif pernah menyatakan
bahwa peradaban sekarang adalah peradaban “How” dan bukan “Why”.
Artinya, manusia berlomba untuk menciptakan berbagai teknologi, transportasi,
komunikasi bahkan militer namun jarang mempertanyakan kenapa teknologi itu
harus diciptakan. Jadi, misalnya, seorang insinyur persenjataan, dia selalu mempertanyakan
bagaimana menciptakan rudal atau senjata yang bisa membunuh manusia
sebanyak-banyaknya dengan sekali tembak, namun mereka tidak mempertanyakan
mengapa senjata itu seperti itu harus diciptakan. Masa bodoh, yang penting
senjata seperti itu harus diciptakan, itu tuntutan dunia militer, mungkin
begitu yang ada di pikiran para insinyur itu. Akibanya, manusia akhirnya
dikendalikan oleh tekhnologi dan menjadi hamba teknologi. Wallahu a’lam.
Kembali kepada permasalahan
kase ngaji tadi..
Saya berandai-andai, jika
sekiranya kaset mengaji itu sudah ada pada jaman Nabi atau sahabat, apakah umat
saat itu akan menggunakannya?. Bisa iya dan bisa tidak. Bisa saja mereka akan
menggunakannya dengan pertimbangan misalnya, karena cukup efektif menggantikan
suara manusia, lebih berdaya tahan lama, memberi impact yang lama. Namun, bisa juga
mereka tidak, mengingat bahwa qari pada saat itu mungkin masih cukup banyak
tersedia. Sehingga mereka tdak membutuhkan kaset-kaset ngaji seperti saat
sekarang.
Terkait dengan suara yang
diperdengarkan berulang-ulang. Saya pernah membaca bahwa Hitler sering menggunakan musik-musik
tertentu untuk diperdengarkan di kamp-kamp konsentrasi pada masa perang Dunia
II. Penggunaan musik-musik dengan pilihan lagu tertentu itu didesain untuk propaganda dan memberikan efek stress dan panik kepada para tahanan. Bahkan, banyak tahanan
yang menjadi gila karena otaknya tidak tahan mendengarkan lantunan musik yang
begitu lama.
Apakah pembaca menyangka bahwa
arah tulisan saya mendukung pendapat JK yang melarang penggunaan kaset
menggaji?. Tunggu dulu… Kendati beberapa pihak mengkaitkan ide JK tersebut dengan politik, atau pengalihan isu lainnya, namun saya lebih tertarik membahasnya dari perspektif lain.
TES KERASUKAN JIN
Beberapa ahli ruqyah yang saya
jumpai menyatakan bahwa salah satu terapi untuk mengusir jin yang merasuk ke
dalam tubuh manusia adalah dengan memperdengarkan ayat-ayat suci Alquran di
telinga mereka. Bahkan jika tidak dapat diperdengarkan oleh suara manusia asli,
suara kaset juga bisa efektif mempengaruhi para jin yang ada di tubuh manusia.
Makanya, beberapa ustaz ahli ruqyah biasanya menyarankan untuk memperdengarkan
suara-suara kaset atau MP3 di rumah pasien yang terkena kerasukan jin.
Biasanya, pasien itu menjadi gelisah, marah dan bahkan ada yang menjerit-jerit
ketika diperdengarkan ayat-ayat ruqyah tadi, meskipun dari kaset. Yah, meskipun
dari kaset. Silahkan dicoba. Makanya, untuk menjaga sang jin kembali masuk ke
tubuh, si pasien diharuskan banyak membaca Alquran atau sekedar mendengarkan
pun sudah oke.
Apakah artinya, jika ada orang yang mulai
tidak menyukai suara kaset-kaset Alquran itu sebagai tanda bahwa di tubuhnya
ada jin?. Tentu saja, saya tidak berani menyimpulkan demikian, meski salah satu
indikatornya – masih menurut pakar Ruqyah- memang seperti itu.
Kalau mau melakukan tes kecil
untuk mengetahui indikator kerasukan jin, silahkan dengarkan Alquran di telinga
kita. Apa reaksinya?. Kemudian, coba pula dengarkan lagu-lagu yang sekarang
lagi hit, katakanlah, dangdut, pop atau rock yang lagi digandrungi. Bagaiman pula reaksinya?
Nah, jika kedua-duanya, baik suara
Alquran maupun lagu-lagu itu mengganggu di telinga kita, maka artinya kita memang
sedang tidak mood atau mungkin sedang stress. Sehingga, apapun jenis
bunyi-bunyian itu mengganggu telinga
kita. Idealnya, kita tidur saja dulu. Tubuh kita mungkin sedang butuh istirahat.
Namun, jika ternyata, suara
Alquran yang justru lebih menganggu di telinga, atau kita merasakan rasa
berdebar, gelisah bahkan kemarahan, maka kemungkinan besar tubuh kita sudah dirasuki
jin karena memang mereka tidak menyukai lantunan Alquran. Jin akan kepananasan,
dan sangat terganggu dengan itu.
Untuk menguatkan hasil tes, maka
matikan kaset Alquran tadi dan mulai dengarkan pula lagu-lagu dangdut, rock
atau pop yang kita sukai, bagaimana reaksinya? Jika ternyata lagu-lagu itu tidak
memberikan reaksi gelisah, berdebar atau marah atau bahkan mungkin menyenangkan,
maka indikator bahwa ada jin di tubuh kita semakin kuat. Jin sangat sangat suka
dengan musik-musik yang melenakan manusia, mereka suka banget. Berani mencoba?
Saya kira, kita sudah melakukan hal tersebut setiap hari tanpa kita sadari, lho.
Tentu saja, tulisan saya tidak
bermaksud untuk mengatakan bahwa orang-orang yang mulai tidak menyukai
kaset-kaset di mesjid-mesjid itu sebagai tanda mulai adanya jin di tubuh
mereka. Bisa jadi mereka memang sedang letih. Telinganya tidak mau terganggu.
Lagi pula, mungkin yang tidak menyukai kaset Alquran itu adalah umat Islam sendiri.
Kita-kita ini.
Makanya, berdasarkan tes di atas,
kalau mau mendapatkan hasil yang valid. Silahkan, coba pula untuk
memperdengarkan lagu-lagu dangdut, rock atau pop tadi di perumahan atau tempat
kita tinggal. Perdengarkan dengan durasi 1-2 jam ketika memasuki waktu sholat. Gunakan
sound system yang keras. Kalau tidak ada yang komplain, merasa nyaman
dan bahagia, maka kesimpulan di atas
mungkin benar. Berani mencoba? :)
0 Comments