Oleh: M. Ridwan
Misalkan, suatu hari Bill Gates
tertarik membeli seluruh tanah di negera ini. Dengan kekayaan sekitar 1.200
trilyun, maka tidak sulit bagi seorang Bill Gates untuk membeli apa saja. Kali
ini ia bermaksud untuk membeli Indonesia seluruhnya. Berapakah tanah yang bisa dia peroleh?.
Mari kita hitung. Katakanlah luas
seluruh wilayah Indonesia saat ini adalah 1.922.570 km². Kalau
dikonversi ke ukuran meter, maka luasnya adalah 1.922.570.000 meter. Sedangkan luas
lautan adalah 3.257.483 km² atau seluas 3.257.483.000 meter. Nah, jika satu
meter harga tanah dihargai 1 juta rupiah, maka untuk mendapatkan seluruh tanah
Indonesia, maka Bill Gates harus mengeluarkan dana sejumlah 1.922 trilyun untuk
tanah dan 3.257 trilyun untuk lautan.
Dikarenakan, hartanya “hanya” 1.200
trilyun, maka Bill Gates “hanya” mampu memiliki sekitar 1.200.000.000 meter
saja. Sisanya mungkin akan dibeli oleh Carlos Slim Helu dari Meksiko yang memiliki
kekayaan sebesar 1000 trilyun. Untuk lautannya, mungkin akan dibeli supermilioner
lainnya misalnya Warren Bufet yang memiliki kekayaan sebesar 1000 trilyun juga.
Alhasil, untuk memborong seluruh darat dan laut Indonesia, hanya dibutuhkan
kekayaan sekitar 4-5 orang supermillioner saja. Tragis bukan?
Lalu, kemanakah penduduk
Indonesia jika jual-beli itu benar-benar terealisasi?. Akan banyak pilihan. Pertama,
mungkin sebagian penduduk negeri ini akan
mengungsi ke luar negeri. Maklum, mereka telah memiliki banyak properti di luar
negeri seperti Singapura, London, Amerika,
Dubai atau Australia. Mereka ini telah mempersiapkan hal terburuk jika
Indonesia benar-benar kolaps. Kedua, sebagian besar penduduk negeri ini,
mungkin akan tetap berada di Indonesia dengan membuat surat permohonan domisili
sementara kepada pemilik tanah. Ini dilakukan sebelum mereka menemukan rumah yang tetap. Mungkin
saja, akhirnya mereka tetap tidak mampu mendapatkan rumah di luar negeri. Maklum,
harga tanah di luar negeri sangat tinggi. Jika ini terjadi, maka mereka mungkin
akan mengajukan permintaan kepada Bill Gates, Carlos Slim atau Warren Buffet
untuk diizinkan menumpang di atas tanah mereka menjadi penggarap lahan atau
pekerja di kebun-kebun atau tanah pertanian milik supermilioner tadi.
Akan banyak cerita yang terus
akan berlanjut jika saya meneruskan pengandaian di atas. Intinya, sangat
menyedihkan. Sakitnya tuh di sini, kata si Cita Citata. Jika Indonesia benar-benar dijual, maka kita
tak dapat membayangkan bagaimana nasib bangsa ini. Dipastikan akan tercipta
ratusan juta budak-budak baru di tanah tercinta ini.
Pembaca mungkin akan mengatakan
bahwa saya terlalu berlebihan. “Mana mungkin hal itu terjadi. Bagaimana caranya,?
impossible..!!. Mungkin demikian pikiran yang berkecamuk di pikiran
pembaca. Saya-pun menyatakan, bahwa kejadian seperti itu kemungkinan besar tidak terjadi.Syukurnya Bill
Gates tidak akan menghabiskan energi dengan melakukan cara seperti itu, yaitu membeli
tanah dengan uang kontan. Lagipula, Bill Gates atau para tajir lainnya itu, tentu
tidak akan mau repot-repot mengeluarkan uang fee untuk membayar makelar sebesar 2,5 % jika
transaksi itu terjadi. Lumayan, besarannya sekitar 20-40 trilyun. :)
Lalu, jika kondisi di atas tidak
terjadi, buat apa tulisan ini dibuat?. Jawabannya, bahwa tanah dan
laut Indonesia mungkin tidak akan
terjual dengan pola konvensional seperti pengandaian di atas. Jangan takut. Tanah Indonesia tetap akan bisa dimiliki oleh rakyat negeri ini.
Namun, kepemilikan atas kekayaan tanah dan laut yang justru mungkin tidak bisa nikmati. Mungkin saja, kita tetap
memiliki tanah negeri ini, namun hasil bumi dan pertaniannya justru dinikmati negera lain. Atau, bisa saja, birunya
lautan negeri ini masih bisa dibanggakan untuk sektor wisata, namun
ikan dan hasil lautnya justru dengan bebas dicuri dan digerus orang lain.
Nah, ketimbang memilih membeli tanah dan lautan Indonesia, para super milioner asing pasti lebih tertarik membeli saham perusahaan-perusahaan milik Indonesia. Cara ini lebih simpel dan tidak terlihat. Sayangnya, modus seperti telah terjadi dan akan terus terjadi.
Nah, ketimbang memilih membeli tanah dan lautan Indonesia, para super milioner asing pasti lebih tertarik membeli saham perusahaan-perusahaan milik Indonesia. Cara ini lebih simpel dan tidak terlihat. Sayangnya, modus seperti telah terjadi dan akan terus terjadi.
Jika kondisi di atas yang terjadi, masihkah kita akan bergaya-gayaan lagi?. Masihkah kita terus sibuk berkelahi
sementara nasionalisme kita mungkin akan tergadaikan dengan kepentingan asing ? :)
0 Comments